Sabtu, 04 Agustus 2012

Metode Eksperimen

Metode Tanya Jawab

 Metode tanya jawab

Metode tanya jawab menurut para ahli - Pengertian metode tanya jawab pembelajaran - kelebihan metode tanya jawab - langkah langkah metode tanya jawab. Silahkan sahabat baca kelebihan dan kekurangan metode tanya jawab dibawah ini Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.

Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar para murid memusatkan lagi perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya dan untuk merangsang perhatian murid. Metode ini dapat digunakan sebagai spersepsi, selingan, dan evaluasi. (Drs. Imansjah Ali Pandie; 1984, 79). 

Penggunaan metode tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang cukup wajar dan tepat, apabila penggunaannya dipergunakan untuk: Merangsang agar perhatian anak terarah pada suatu bahan pelajaran yang sedang dibicarakan. Mengarahkan proses berfikir dan pengamatan anak didik. Meninjau atau melihat penguasaan anak didik terhadap materi/bahan yang telah diajarkan sebagai bahan pertimbangan untuk melanjutkan materi berikutnya Melaksanakan ulangan, evaluasi dan memberikan selingan dalam ceramah (Zuhairini, 1993) Kelebihan dan kelemahan metode tanya jawab Sebagai salah satu metode interaksi edukatif, metode tanya jawab mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya. 

Di samping terdapat kelemahan-kelemahannya. Menurut Imansyah Ali Pandie kelebihan metode tanya jawab terletak pada: Suasana kelas lebih hidup karena murid-murid berpikir aktif. Sangat positif untuk melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat secara lisan dan teratur. Murid yang biasanya malas memperhatikan menjadi lebih hati-hati dan sungguh-sungguh mengikuti pelajaran. Walaupun pelajaran berjalan agak lambat tetapi guru dapat melakukan kontrol terhadap pemahaman murid. Sedangkan kelemahan metode tanya jawab terdapat apabila Terjadi perbedaan pendapat/jawaban maka akan terjadi perdebatan sengit sehingga mamakan waktu banyak untuk menyelesaikan, terkadang murid mengalahkan pendapat guru. Kemungkinan timbul penyimpangan dari pokok persoalan. Memakan waktu yang lama untuk merangkum bahan pelajaran. Read more

METODE OBSERVASI

METODE OBSERVASI

1. Pengertian Observasi 
       Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang relatif sama. 
         Sebelum observasi itu dilaksnanakan, pengobservasi (observer) hendaknya telah menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek apayang akan diobservasi dari tingkah laku seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut.
2. Jenis-jenis Observasi 
Klasifikasi tentang jenis-jenis observasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandangan antara lain :
a. Berdasarkan situasi yang diobservasi
  • Observasi terhadap situasi bebas (free situasion), observasi yang dilakukan terhadap situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya campur tangan dari pengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap siswa-siswa yang sedang bermain secara bebas. 
  • Observasi terhadap situasi yang dimanipulasikan (manipulated situasion), yaitu situasi yang telah dirancang oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih variabel. Misalnya seorang pengobservasi ingin mengetahui sifat kepemimpinan sekelompok siswa. 
  • Observasi terhadap situasi yang setengah terkontrol (partially controlled), jenis observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua jenis observasi situasi bebas dan situasi yang dimanipulasikan.
b. Berdasarkan keterlibatan pengobservasi
  • Observasi partisipasi, yaitu apabila pengobservasi ikut terlibat dalam kegiatan subyek yang sedang diobservasi. Misalnya seorang guru bidang studi yang ingin mengetahui bagaimana antosias siswa-siswanya terhadap pelajaran yang diberikan. 
  • Observasi non partisipasi, dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi. Misalnya seorang petugas bimbingan ingin mengetahui bagaimana antosias siswa terhadap bimbingan karir. 
  • Observasi quasi partisipasi, dalam jenis ini sebagian waktu dalam satu periode observasi pengobservasi ikut melibatkan diri dalam kegiatan yang diobservasi, dan sebagian waktu lainnya ia terlepas dari kegiatan tersebut. Misalnya kita ingin mengetahui bagaimana aktifitas siswa dalam melaksanakan suatu tugas kelompok.
c. Berdasarkan pencatatan hasil-hasil observasi
  • Observasi berstruktur, aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis. Bentuk catatan yang sistematis yaitu : *daftar chek (chek list), adalah suatu daftar yang memuat catatan tentang sejumlah tingkah laku yang akan diobservasi. * skala bertingkat (rating scale), adalah gejala-gejala yang akan diobservasi itu didalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Kelemahan dari observasi berstruktur ini adalah bahwa pengobservasi sangat terikat dengan daftar yang telah tersusun sehingga ia tidak mungkin mengembangkan observasinya dengan aspek-aspek lain yang kebetulan terjadi selama observasi berlangsung. Untuk mengatasi kelemahan ini, dapat ditemouh dengan cara kombinasi, yaitu menggunakan suatu daftar yang terperinci tentang tingkah laku yang diobservasi, yang dilengkapi dengan blanko untuk mencatat tingkah laku tertentu yang muncul, yang belum terekam dalam daftar. 
  • Observasi tak berstruktur, dalam melaksanakan observasi ini pengobservasi tidak menyediakan daftar terlebih dahulu tentang aspek-aspek yang akan diobservasi. Dalam hal ini pengobservasi mencatat semua tingkah laku yang dianggap penting dalam suatu periode observasi. 
      Hasil-hasil observasi ini dicatat dalam bentuk catatan yang bersifat anekdot (anecdotal record), yaitu suatu catatan (record) tentang tingkah laku siswa dalam suatu situasi tertentu. Catatan yang bersifat anekdot tersebut harus ditulis apa adanya, tanpa interpretasi. Setelah terkumpul beberapa catatan dari beberapa periode observasi, maka buatlah suatu ihtisar tentang catatan-catatan tersebut, kemudian diadakan interpretasi tentang tingkah laku siswa tersebut. Contoh catatan yang bersifat anekdot (anecdotal record) tentang seorang siswa sebagai berikut : 
  • 12-8-1990 : sebelum bel berbunyi ketika anak-anak sedang bercakap-cakap dalam kelompok-kelompok kecil, B tinggal seorang diri. 
  • 17-8-1990 : B tidak ikut ambil bagian dalam diskusi yang diadakan oleh teman-temannya tentang apa yang akan dilihat di moseum. 
  • 23-8-1990 : B membuat karangan tentang kunjungan ke moseum, tapi kemudian ia merobek tulisannya dan melemparkannya ke keranjang sampah. Dan sebagainya. Ada beberapa kelemahan dalam penggunaan observasi dan anecdotal record, yaitu sebagai berikut: 
  • Karena adanya tugas-tugas lain sering guru-guru tidak mempunyai kesempatan untuk menuliskan hasil-hasil observasi yang telah dilakukan. 
  • Pencatatan hasil-hasil observasi dan penafsiran terhadap catatan-catatan observasi tersebut seringkali sangat subyektif. 

3. Keuntungan dan Keterbatasan Observasi 
a. Dengan observasi kita mengamati tingkah laku siswa dalam tingkah laku siswa dalam kondisi wajar, sehingga tingkah laku yang kita amati adalah tingkah laku yang muncul secara spontan. Jadi data yang kita peroleh adalah bersifat alamiah (natural), tidak dibuat-buat. 
b. Subyek yang diobservasi tidak merasa dibebani tugas tambahan. Ia tetap pada kegiatan yang telah dilakukannya tanpa merasa terganggu. Berbeda dengan interview atau kuesioner di mana subyek merasa di sita waktu dan tenaganya untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam interview atau kuisioner tersebut. 
        Observasi tidak dilkaukan terhadap beberapa situasi atau beberapa siswa dalam wktu yang sama. Apabila kita hendak mengobservasi semua sisiwa yang kita asuh maka kita akan emerlukan waktu yang sangat panjang. Kelemahan dari observasi ialah bahwa penafsiran terhadap hasil-hasil observasi sering bersiifat subyektif. Sikap dari pengobservasi, jarak waktu yang panjang antara situasi-situasi tingka laku yang diobservasi, serta obyektivitas dari pencatatan-pencatatan sangat mempengaruhi validitas dari observasi. Sehubunungan dengan kelemaan-kelemaan tersebut, ada beberapa ala yang perlu diperatikan ole petugas observasi. Untuk mengatasi subyektivitas terhadap hasil-asil observasi, hendaknya intrpretasi jangan dilkaukan hanya terhadap satu kali observasi saja, sebaiknya interpretasi baru dilakukan setela dilakukan setela dua atau tiga kali observasi.
4. Aspek-Aspek Tingkah Laku Yang Cocok Dievaluasi Dengan Metode Observasi
      Aspek tingka laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi adalah tempramen, karakter, penyesuaian, sikap dan minat. Intelegensi, bakat dan asil belajar dapat pula dievaluasi dengan metode observasi, tetapi pelaksanaannya sangat sulit dan kurang efektif. Dalam mengevaluasi penyesuaian sosial dapat dilakukan observasi tentang al-al sebagai berikut : dalam situasi manakah siswa-siswa itu bermain sendiri bersama dengan teman-temannya? Dalam bermain bersama apaka ia sebagai pemimpin atau pengikut? Apaka ia bertengkar dengan siswa-siswa lain? Dan sebagainya. Untuk mengevaluasi penyesuaian personal dapat dilakukan observasi terhadap hal-hal sebagai berikut : apakah siswa ini biasanya gugup? Apakah ia pemarah? Dan sebagainya.

Metode Bermain Peran (Role Playing)

METODE ROLE PLAYING

1. Pengertian
Peran (Role) bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu. Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
Menurut Gangel (1986) role playing adalah suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok. Menurut Blatner (2002), role playing adalah sebuah metode untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi social yang kompleks.
Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga murid-murid bisa mengetahui situasi yang diperankan. Semuanya berfokus pada pengalaman kelompok. Guru harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga tokoh dan penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Sama seperti para pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam situasi belajar. Pada saat menganalisa dan berdiskusi, penonton harus memberikan solusi-solusi yang mungkin bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang disampaikan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode role playing:
1. Bila role playing baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas
2. Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut.
3. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa
4. Setelah role playing itu dalam puncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai role playing yang dimainkan. Role playing dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu
5. Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya role playing untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.

2. Kebaikan dan kelemahan
Kebaikan metode role playing:
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
Sebagaimana dengan metode-metode yang lain, metode role playing dan bermain peranan memiliki sisi-sisi kelemahan. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat ditutupi dengan memakai metode yang lain.
Kelemahan metode role playing dan bermain peranan ini terletak pada :
1. Role playing/ bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan role playing dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
Saran-saran yang perlu pendapat perhatian dalam pelaksanaan metode ini:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan melalui metode ini. Dan tujuan tersebut diupayakan tidak terlalu sulit/berbelit-belit, akan tetapi jelas dan mudah dilaksanakan.
2. Melatar belakang cerita role playing dan bermain peranan tersebut. Hal ini agar materi pelajaran dapat dipahami secara mendalam oleh siswa/anak didik.
3. Guru menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan role playing dan bermain peranan melalui peranan yang harus siswa lakukan/mainkan.
4. Menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang pantas memainkan/melakonkan jalannya suatu cerita. Dalam hal ini termasuk peranan penonton.
5. Guru dapat menghentikan jalannya permainan apabila telah sampai titik klimaks. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara seksama.

3. PELAKSANAAN METODE ROLE PLAYING DALAM MATERI BARTER.
Dalam ilmu ekonomi tradisional, uang didefenisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apa saja yang dapat diterima setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Sebelum uang diciptakan, masyarakat pada zaman dahulu melakukan perdagangan dengan cara barter. Barter merupakan pertukaran barang dengan barang.
Untuk lebih memahami materi barter, maka diterapkan metode role playing dalam pembelajaran. Caranya adalah sebagai berikut:
1. Bagilah kelas menjadi 4 kelompok. Dua kelompok pertama adalah penduduk desa petani, dan dua kelompok lainnya adalah kelompok desa peternak.
2. Kita akan melakukan pertukaran barang antara kelompok desa petani dan desa peternak. Untuk itu guru akan membagikan kertas yang berisikan benda yang ingin dibeli dan benda yang ingin dijual dalam dua kertas yang berbeda. Misalnya: siswa dari desa petani memiliki ayam dan ingin membeli kentang. Maka guru akan membagikan kertas yang bertuliskan Ayam dan kentang pada dua lembar kertas yang berbeda.
3. Buatlah keempat kelompok tersebut berdiri berhadapan, guru akan memberi aba-aba dan memberi batas waktu bagi siswa untuk menemukan teman dari kelompok lain yang sesuai dengan daftar yang ia miliki.
4. Ingat bahwa siswa harus menemukan siswa lain yang memiliki daftar yang sesuai dengan dirinya. Artinya siswa yang memiliki ayam ingin memiliki kentang, harus menemukan yang ingin menjual kentang dan ingin membeli ayam. Jika salah satu daftar tidak cocok, maka ia harus mencari teman yang lain.
5. Kelompok yang telah mendapatkan pasangannya, segera melapor kepada guru.
6. Kesimpulan dan evaluasi. Dalam hal kesimpulan dan evaluasi ini guru dalam di Bantu oleh pertanyaan berikut:
-Apakah keuntungan melakukan barter?
-Apa kesulitan yang dirasakan saat melakukan barter?
-Ceritakan dengan singkat proses melakukan barter.

KESIMPULAN

Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Dalam pembelajaran metode role playing, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Dimana dalam pembelajaran ini siswa ikut berperan aktif dan dapat mengetahui secara langsung bagaimana proses dari suatu kegiatan dalam bidang akuntansi, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan berfikir kritis dan melakukan observasi serta menarik kesimpulan.
Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu, begitu juga dengan metode role playing ini, ianya memiliki sisi-sisi kelemahan tertentu. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat ditutupi dengan memakai metode yang lain. Salah satu kelemahan metode ini ialah tidak setiap materi dapat disajikan dengan metode ini. Untuk itu solusinya diharapkan guru dapat memilih materi yang tepat untuk dipergunakannya metode ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Abdi Guru. Ekonomi SMA. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.
Tim Dosen Universitas Negeri Medan. Pendidikan Ilmu Sosial/ Wawasan IPS, Medan.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya. www.google.com . 2008.
Learning With Me: Pembelajaran. Widgipedia Gallery. www.google.com. 05 September 2006.
 

Metode “Role Playing” dalam Pemelajaran

Metode “Role Playing” adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa/mahasiswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru/dosen dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Blatner (2002), Gangel (1986), dan Maier (2002) menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Role Playing siswa/mahasiswa dikondisikan untuk bisa mengambil keputusan. Keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan yang sedang dihadapi siswa.
Role playing berasal dari sosiodrama yang dapat digunakan untuk membantu siswa memahami aspek sastra, ilmu sosial, dan bahkan beberapa aspek ilmu pengetahuan atau matematika. Selanjutnya, dapat membantu mereka menjadi lebih tertarik dan terlibat. Metode ini adalah cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan inisiatif, komunikasi, pemecahan masalah, kesadaran diri, dan bekerja dalam tim kooperatif
Metode Pengajaran:
-mempersiapkan materi
-mempersiapkan “role” yang tepat untuk pembelajar
-mengintegrasikan pengetahuan dalam tindakan,
-mengatasi masalah,
-mengeksplorasi alternatif, dan mencari solusi baru dan kreatif.
Permasalahan:
-Kurangnya sesi pemanasan oleh fasilitator
-Bahasa instruksi (kurang jelas dan lebih sering terkesan memberikan peran seperti memaksa dan menggurui) = (efek resistansi dari yang menerima peran)
Fungsi Dosen:
-Fasilitator
-Motivator
-Observator
Penilaian: Postest
Fasilitas/sarana yang dibutuhkan: Alat peraga dan perlengkapan untuk “role play
Sumber: Tugas kelompok 3 pada Pelatihan PEKERTI gel. II, Juni-Juli 2010, Universitas Indonesia, Depok.


Manfaat Bermain Peran Kemampuan Mengelola Sosial dan Emosi
Sambil bermain, anak-anak juga ikut belajar berbagi, belajar mengantri atau bergiliran, dan berkomunikasi dengan teman-temannya. Ia pun mulai belajar untuk bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan ini termasuk untuk memahami perasaan takut, kecewa, sedih, marah dan cemburu. Melalui imajinasi yang dibangunnya sendiri, ia belajar mengelola dan memahami perasaan-perasaan tersebut. Misalnya, ketika ia melakukan permainan yang melibatkan perasaan, ia jadi mulai belajar untuk berempati dengan perasaan orang lain.
  1. Kreativitas
    Dalam dunia khayalan, anak bisa jadi apa saja dan melakukan apa saja. Bahkan, semakin sering ia melakukan permainan peran, akan semakin besar daya kreativitasnya terasah.
  2. Disiplin
    Saat bermain peran, biasanya ia mengambil peraturan dan pola hidupnya sehari-hari. Misalnya, saat ia bermain peran sebagai orangtua yang menidurkan anaknya, ia akan bersikap dan mengatakan seperti apa yang ia sering dilakukan dan dikatakan oleh orangtuanya. Sehingga secara tak langsung, ia pun membangun kedisiplinan dan keteraturan pada dirinya sendiri.
  3. Keluwesan
    Saat bermain peran, secara tidak langsung anak-anak mulai belajar untuk mengatasi rasa takut dan hal-hal yang sebelumnya berbeda bagi mereka Dengan bimbingan dan perumpamaan ini, diharapkan rasa takut atau trauma si kecil akan lebih berkurang.



Kamis, 02 Agustus 2012

PKP UT

Welcom to PKP UT
Pemantapan Kemampuan Profesional Universitas Terbuka

Blog ini sedang di bangun