Sabtu, 04 Agustus 2012

Metode Bermain Peran (Role Playing)

METODE ROLE PLAYING

1. Pengertian
Peran (Role) bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu. Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
Menurut Gangel (1986) role playing adalah suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok. Menurut Blatner (2002), role playing adalah sebuah metode untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi social yang kompleks.
Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga murid-murid bisa mengetahui situasi yang diperankan. Semuanya berfokus pada pengalaman kelompok. Guru harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga tokoh dan penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Sama seperti para pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam situasi belajar. Pada saat menganalisa dan berdiskusi, penonton harus memberikan solusi-solusi yang mungkin bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang disampaikan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode role playing:
1. Bila role playing baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas
2. Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut.
3. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa
4. Setelah role playing itu dalam puncak klimas, maka guru dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai role playing yang dimainkan. Role playing dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu
5. Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya role playing untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.

2. Kebaikan dan kelemahan
Kebaikan metode role playing:
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
Sebagaimana dengan metode-metode yang lain, metode role playing dan bermain peranan memiliki sisi-sisi kelemahan. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat ditutupi dengan memakai metode yang lain.
Kelemahan metode role playing dan bermain peranan ini terletak pada :
1. Role playing/ bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan role playing dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
Saran-saran yang perlu pendapat perhatian dalam pelaksanaan metode ini:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan melalui metode ini. Dan tujuan tersebut diupayakan tidak terlalu sulit/berbelit-belit, akan tetapi jelas dan mudah dilaksanakan.
2. Melatar belakang cerita role playing dan bermain peranan tersebut. Hal ini agar materi pelajaran dapat dipahami secara mendalam oleh siswa/anak didik.
3. Guru menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan role playing dan bermain peranan melalui peranan yang harus siswa lakukan/mainkan.
4. Menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang pantas memainkan/melakonkan jalannya suatu cerita. Dalam hal ini termasuk peranan penonton.
5. Guru dapat menghentikan jalannya permainan apabila telah sampai titik klimaks. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara seksama.

3. PELAKSANAAN METODE ROLE PLAYING DALAM MATERI BARTER.
Dalam ilmu ekonomi tradisional, uang didefenisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apa saja yang dapat diterima setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Sebelum uang diciptakan, masyarakat pada zaman dahulu melakukan perdagangan dengan cara barter. Barter merupakan pertukaran barang dengan barang.
Untuk lebih memahami materi barter, maka diterapkan metode role playing dalam pembelajaran. Caranya adalah sebagai berikut:
1. Bagilah kelas menjadi 4 kelompok. Dua kelompok pertama adalah penduduk desa petani, dan dua kelompok lainnya adalah kelompok desa peternak.
2. Kita akan melakukan pertukaran barang antara kelompok desa petani dan desa peternak. Untuk itu guru akan membagikan kertas yang berisikan benda yang ingin dibeli dan benda yang ingin dijual dalam dua kertas yang berbeda. Misalnya: siswa dari desa petani memiliki ayam dan ingin membeli kentang. Maka guru akan membagikan kertas yang bertuliskan Ayam dan kentang pada dua lembar kertas yang berbeda.
3. Buatlah keempat kelompok tersebut berdiri berhadapan, guru akan memberi aba-aba dan memberi batas waktu bagi siswa untuk menemukan teman dari kelompok lain yang sesuai dengan daftar yang ia miliki.
4. Ingat bahwa siswa harus menemukan siswa lain yang memiliki daftar yang sesuai dengan dirinya. Artinya siswa yang memiliki ayam ingin memiliki kentang, harus menemukan yang ingin menjual kentang dan ingin membeli ayam. Jika salah satu daftar tidak cocok, maka ia harus mencari teman yang lain.
5. Kelompok yang telah mendapatkan pasangannya, segera melapor kepada guru.
6. Kesimpulan dan evaluasi. Dalam hal kesimpulan dan evaluasi ini guru dalam di Bantu oleh pertanyaan berikut:
-Apakah keuntungan melakukan barter?
-Apa kesulitan yang dirasakan saat melakukan barter?
-Ceritakan dengan singkat proses melakukan barter.

KESIMPULAN

Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Dalam pembelajaran metode role playing, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Dimana dalam pembelajaran ini siswa ikut berperan aktif dan dapat mengetahui secara langsung bagaimana proses dari suatu kegiatan dalam bidang akuntansi, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan berfikir kritis dan melakukan observasi serta menarik kesimpulan.
Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu, begitu juga dengan metode role playing ini, ianya memiliki sisi-sisi kelemahan tertentu. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat ditutupi dengan memakai metode yang lain. Salah satu kelemahan metode ini ialah tidak setiap materi dapat disajikan dengan metode ini. Untuk itu solusinya diharapkan guru dapat memilih materi yang tepat untuk dipergunakannya metode ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Abdi Guru. Ekonomi SMA. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.
Tim Dosen Universitas Negeri Medan. Pendidikan Ilmu Sosial/ Wawasan IPS, Medan.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya. www.google.com . 2008.
Learning With Me: Pembelajaran. Widgipedia Gallery. www.google.com. 05 September 2006.
 

Metode “Role Playing” dalam Pemelajaran

Metode “Role Playing” adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa/mahasiswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru/dosen dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Blatner (2002), Gangel (1986), dan Maier (2002) menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Role Playing siswa/mahasiswa dikondisikan untuk bisa mengambil keputusan. Keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan yang sedang dihadapi siswa.
Role playing berasal dari sosiodrama yang dapat digunakan untuk membantu siswa memahami aspek sastra, ilmu sosial, dan bahkan beberapa aspek ilmu pengetahuan atau matematika. Selanjutnya, dapat membantu mereka menjadi lebih tertarik dan terlibat. Metode ini adalah cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan inisiatif, komunikasi, pemecahan masalah, kesadaran diri, dan bekerja dalam tim kooperatif
Metode Pengajaran:
-mempersiapkan materi
-mempersiapkan “role” yang tepat untuk pembelajar
-mengintegrasikan pengetahuan dalam tindakan,
-mengatasi masalah,
-mengeksplorasi alternatif, dan mencari solusi baru dan kreatif.
Permasalahan:
-Kurangnya sesi pemanasan oleh fasilitator
-Bahasa instruksi (kurang jelas dan lebih sering terkesan memberikan peran seperti memaksa dan menggurui) = (efek resistansi dari yang menerima peran)
Fungsi Dosen:
-Fasilitator
-Motivator
-Observator
Penilaian: Postest
Fasilitas/sarana yang dibutuhkan: Alat peraga dan perlengkapan untuk “role play
Sumber: Tugas kelompok 3 pada Pelatihan PEKERTI gel. II, Juni-Juli 2010, Universitas Indonesia, Depok.


Manfaat Bermain Peran Kemampuan Mengelola Sosial dan Emosi
Sambil bermain, anak-anak juga ikut belajar berbagi, belajar mengantri atau bergiliran, dan berkomunikasi dengan teman-temannya. Ia pun mulai belajar untuk bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan ini termasuk untuk memahami perasaan takut, kecewa, sedih, marah dan cemburu. Melalui imajinasi yang dibangunnya sendiri, ia belajar mengelola dan memahami perasaan-perasaan tersebut. Misalnya, ketika ia melakukan permainan yang melibatkan perasaan, ia jadi mulai belajar untuk berempati dengan perasaan orang lain.
  1. Kreativitas
    Dalam dunia khayalan, anak bisa jadi apa saja dan melakukan apa saja. Bahkan, semakin sering ia melakukan permainan peran, akan semakin besar daya kreativitasnya terasah.
  2. Disiplin
    Saat bermain peran, biasanya ia mengambil peraturan dan pola hidupnya sehari-hari. Misalnya, saat ia bermain peran sebagai orangtua yang menidurkan anaknya, ia akan bersikap dan mengatakan seperti apa yang ia sering dilakukan dan dikatakan oleh orangtuanya. Sehingga secara tak langsung, ia pun membangun kedisiplinan dan keteraturan pada dirinya sendiri.
  3. Keluwesan
    Saat bermain peran, secara tidak langsung anak-anak mulai belajar untuk mengatasi rasa takut dan hal-hal yang sebelumnya berbeda bagi mereka Dengan bimbingan dan perumpamaan ini, diharapkan rasa takut atau trauma si kecil akan lebih berkurang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar